PERINGATAN HUT RI KE-77 KECAMATAN CABANGBUNGIN
Suasana haru tampak mewarnai upacara peringatan HUT RI ke-77 di Kecamatan Cabangbungin. Adalah kehadiran mendiang istri almarhum camat pertama Cabangbungin, Uung Sobarna diupacara itu membuat magnet tersendiri baik bagi peserta maupun masyarakat yang hadir.
ANDI IMANUDIN- Cabangbungin
Ada yang berbeda pada peringatan HUT RI ke-77 yang dilaksanakan di Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi. Panitia pelaksana sengaja menghadirkan sosok keluarga Camat Cabangbungin pertama mendiang Uung Sobarna (1967-1969).
Dengan didorong kursi roda Hj Mariam (93) istri mendiang yang didampingi dua anaknya tampak sabar melayani masyarakat maupun pegawai Kecamatan Cabangbungin yang ingin berfoto dengannya tak ketinggalan foto hitam milik almarhum juga ikut dipampang sebagai bentuk penghormatan.
" Awalnya saya memerintahkan staf saya untuk menggali sejarah tentang Cabangbungin. Akhirnya kami menemukan informasi tentang sejarah kepemimpinan beliau melalui media sosial, lalu kami tindaklanjuti dengan mengundang keluarga beliau untuk bisa hadir pada upacara peringatan HUT RI ke-77 di Kecamatan Cabangbungin," ujar Camat Cabangbungin Asep Buchory usai memimpin upacara peringatan HUT RI ke-77 di Lapangan Kampung Tapak Serang, Desa Lenggahjaya, kecamatan Cabangbungin pada Rabu (17/08/2022).
Dia mengatakan mendiang Uung Sobarna cukup berjasa dalam membangun dan mengembangkan Kecamatan Cabangbungin hingga maju dan pesat seperti sekarang ini.
“Ini adalah insiatif kami untuk menghadirkan salah satu tokoh yang berjasa pada daerah ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan dengan meneladani sikap dan sifat mendiang ketika pertama kali memimpin Kecamatan Cabangbungin,” tambahnya.
Sementara istri mendiang, Hj Mariam (93) yang didampingi oleh dua orang anaknya menceritakan perjuangan seorang Uung Sobarna, menjadikan Kecamatan Cabangbungin tersebut menjadi daerah pertanian yang produktif, ditengah segala keterbatasan pada saat itu.
"Dulu kantor kecamatan lokasinya berdekatan dengan Sungai Citarum, yang menjadi sarana transportasi penting pada saat itu, " kata perempuan logat Sunda yang kental ini.
Dikatakannya jalan raya tidak seperti sekarang, orang dulu bilangnya gili-gili atau berupa tanah tanggul, dan penerangan pun terbatas, masih berupa lampu tempel dan petromax.
“Tetapi sekarang alhamdulillahi kemajuan Cabangbungin sangat pesat," tambahnya dengan mata yang berkaca.
Ada saat-saat berkesan yang juga diceritakan perempuan 8 anak tersebut sambil tersenyum lepas. Menceritakan kondisi Cabangbungin dahulu.
"Dulu bapak punya motor bermesin dua tak, kalau bapak naik motor menimbulkan asap yang cukup tebal dan banyak warga yang keluar ke jalan hanya untuk menghirup asap dari knalpot motor bapak," kenangnya.(*)
EDITOR: TATA JAELANI
Berita Lainnya
TERPOPULER BULAN INI
Pengunjung hari ini : 439
Pengunjung Bulan ini : 260280
Total Pengunjung : 2850692