CIKARANG PUSAT - Di tengah derasnya arus informasi digital, hoaks, dan meningkatnya polarisasi sosial, serta kerusakan lingkungan yang terjadi, cabang Karya Tulis Ilmiah Qur’an (KTIQ) pada MTQ ke-57 Kabupaten Bekasi dinilai memiliki peran strategis dalam menumbuhkan budaya literasi berbasis Al-Qur’an, menyajikan data ilmiah, serta upaya perbaikan sosial.
Dewan Hakim KTIQ, H. Anen Sutianto, menegaskan, karya tulis ilmiah Qurani harus mampu memberi pencerahan kepada masyarakat dari masalah relevan yang dihadapi.
“Kontribusi tulisan-tulisan ini adalah satu: berbasis data. Tidak boleh menggiring opini,” tegasnya saat ditemui di venue KTIQ, di Gedung PKK dan DWP Kabupaten Bekasi, Kompleks Pemkab Cikarang Pusat, pada Rabu, (19/11/2025).
Ia menyebut banyak persoalan sosial muncul karena lemahnya literasi dan cepatnya masyarakat terpapar informasi tidak terverifikasi. Menurutnya, kemampuan menulis secara ilmiah dapat menjadi salah satu upaya untuk melawan hoaks dan stereotip negatif yang berkembang di ruang digital.
H. Anen menjelaskan, KTIQ mampu memberikan perspektif baru dalam memahami realitas sosial seperti kemiskinan, polusi, hingga problem lingkungan lainnya.
“Masyarakat harus tercerahkan bahwa realita di lapangan tidak bisa digiring oleh opini tertentu,” ujarnya.
Tahun ini, tema ekologi menjadi salah satu fokus penulisan yang dinilai sangat relevan bagi masyarakat Bekasi yang sedang menghadapi tantangan lingkungan. Tulisan-tulisan peserta menawarkan gagasan ekoteologi sebagai pendekatan agama terhadap pelestarian alam dan keberlanjutan hidup.
Selain itu, tema cinta dan spiritualitas memberikan ruang bagi peserta untuk menggali kembali nilai kasih sayang, rahmat, dan kemanusiaan sebagai dasar perbaikan kehidupan sosial. Tema ini sejalan dengan upaya Kementerian Agama memperkuat pendidikan karakter melalui kurikulum cinta.
H. Anen juga menyoroti peran teknologi digital dan artificial intelligence (AI) yang dapat mendorong generasi muda mengakses ilmu pengetahuan dengan lebih mudah.
“Hari ini kita dimudahkan dengan teknologi. Apalagi ada AI yang bisa membantu secara positif,” katanya.
Ia berharap pemanfaatan teknologi tidak berhenti pada lahirnya kreator konten semata, tetapi juga memunculkan generasi muda yang melanjutkan tradisi intelektual Islam sebagaimana dicontohkan para ulama terdahulu. Ia menyebut karya-karya Imam Ghazali, mufasir klasik, dan para pemikir Islam sebagai warisan keilmuan yang tetap relevan hingga kini.
Menutup penjelasannya, H. Anen berharap KTIQ menjadi gerakan literasi Qurani yang terus melahirkan karya-karya ilmiah bermutu, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di Kabupaten Bekasi di kemudian hari.
“Harapannya anak-anak muda Bekasi mau membangun karya yang kelak kekal. KTIQ ini bukan hanya lomba, tapi gerakan literasi untuk menjawab tantangan zaman,” tandasnya.
Reporter : Fajar CQA
Editor : Fuad Fauzi
Berita Lainnya
TERPOPULER BULAN INI
Pengunjung hari ini : 10
Pengunjung Bulan ini : 438794
Total Pengunjung : 4103560