CIKARANG PUSAT – Cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ) pada MTQ Kabupaten Bekasi ke-57 tahun ini hanya diikuti 12 peserta dari total 23 kecamatan. Meski demikian, cabang ini tetap menampilkan beragam gagasan kritis dan kontekstual yang dituangkan para peserta dalam karya ilmiah mereka.
Dewan Hakim KTIQ, H. Anen Sutianto, menjelaskan bahwa KTIQ merupakan cabang yang membutuhkan kompetensi khusus, baik dalam kemampuan menulis maupun pemahaman terhadap Al-Qur’an. Karena itu, tidak semua kecamatan mampu mengirimkan peserta. “Memang pesertanya belum cukup dari seluruh kecamatan, karena tingkat kesulitan KTIQ ini tidak sederhana,” ujarnya saat ditemui usai penilaian di Aula Gedung PKK dan DWP Kabupaten Bekasi, Kompleks Pemkab Cikarang Pusat, Rabu (19/11/2025).
Anen menerangkan, KTIQ tidak semudah cabang MTQ lainnya karena peserta harus menguasai metodologi penulisan ilmiah, memahami tafsir keagamaan, serta mampu membaca konteks sosial secara komprehensif. “Minimal dia mahasiswa. Dia harus paham alur penulisan ilmiah, mengerti tafsir, dan mengerti kondisi nyata di lapangan,” tambahnya.
Pada tahun ini, KTIQ mengangkat dua tema besar yang relevan secara nasional, yakni cinta dan spiritualitas yang sejalan dengan gagasan kurikulum cinta dari Kementerian Agama, serta ekologi untuk kemaslahatan bersama yang mendorong hadirnya gagasan ekoteologi dalam perspektif Islam.
Menurut Anen, tema cinta dipahami bukan hanya dalam makna literal atau emosional, tetapi sebagai wujud nilai rahmatan lil alamin yang mendorong terbangunnya peradaban berbasis kasih dan kemanusiaan. Sementara tema ekologi memberikan ruang bagi peserta untuk menelaah kembali hubungan manusia dengan alam melalui nilai-nilai ketuhanan.
Meski jumlah peserta tidak banyak, kualitas karya dinilai meningkat dari tahun ke tahun. Seluruh peserta tampil dengan perspektif kritis, kontemporer, dan relevan dengan kondisi masyarakat. “Secara overall bagus, kritis, dan analisisnya lumayan tajam,” jelas Anen menanggapi gagasan yang disampaikan peserta.
Sejumlah peserta mengangkat topik ekoteologi pembangunan di Kabupaten Bekasi, sementara yang lain menyoroti pentingnya etos kerja yang dikaitkan dengan nilai-nilai Qurani. Anen menilai bahwa gagasan tersebut dapat menjadi referensi bagi pembangunan daerah yang lebih religius dan berkelanjutan.
Dalam proses penilaian, juri berfokus pada orisinalitas gagasan, kekuatan teori, serta keterpaduan antara teks Al-Qur’an, literatur ilmiah, dan realitas sosial. “Tulisan itu harus menjadi khazanah keilmuan, bukan sekadar memenuhi syarat lomba,” tegasnya.
Menutup penjelasannya, Anen berharap seluruh kecamatan dapat mengirimkan delegasi pada tahun-tahun mendatang agar ragam gagasan semakin kaya dan kompetisi semakin sehat. “Harapannya semakin banyak yang ikut, karena tradisi menulis ini penting untuk masa depan keilmuan kita,” tutupnya.
Reporter : Fajar CQA
Editor : Fuad Fauzi
Berita Lainnya
TERPOPULER BULAN INI
Pengunjung hari ini : 10
Pengunjung Bulan ini : 438794
Total Pengunjung : 4103560