Jumat, 11 Juli 2025

“Ngaji Ekologi" Penghayatan Dampak Lingkungan Pesisir

SOSIAL   Apr 1, 2024  -   Diposting Oleh : Newsroom Diskominfosantik  -  Dibaca : 942 Kali


id9396_Compress_20240401_201026_6804.jpg
NGAJI EKOLOGI : Dalam rangka melestarikan lingkungan di wilayah pesisir, Labtek Apung mengadakan kegiatan tematik yang berkolaborasi dengan ITB dan Padepokan Umah Suwung dengan tema “Ngaji Ekologi – Penghayatan Dampak Lingkungan Pesisir yang diadakan pada Sabtu (30/04/2024) di Masjid Salapiyah Al-Huda, Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi. foto Dokumen

MUARAGEMBONG – Dalam rangka melestarikan lingkungan di wilayah pesisir, Labtek Apung mengadakan kegiatan tematik yang berkolaborasi dengan ITB dan Padepokan Umah Suwung dengan tema “Ngaji Ekologi – Penghayatan Dampak Lingkungan Pesisir yang diadakan pada Sabtu (30/04/2024) di Masjid Salapiyah Al-Huda, Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi.

Dalam kegiatan ini, Kyai Abdullah Wong hadir sebagai penceramah.

Novita Anggraini selaku motor dari kegiatan ini menjelaskan, kegiatan tersebut menjadi tahun ketiga Labtek Apung mengadakan pengabdian kepada masyarakat di Hilir Citarum. “Citizen Science yang selama ini kita terapkan ke masyarakat, perlahan-lahan dapat membangun semangat masyarakat dalam membaca dan mengidentifikasi persoalan lingkungan,” katanya.

 Lebih lanjut Novita Anggraini menjelaskan kegiatan ini dilatarbelakangi dari kompleksitas fenomena ekologi yang terjadi dimana-mana. Salah satunya ialah yaitu di Hilir Citarum. Fenomena itu mulai dari deforestasi mangrove, abrasi, krisis air, hingga konflik multispesies menandai epos Antroposen, ketika manusia menjadi suatu kekuatan geologis yang mengubah lanskap planet.

“Ngaji Ekologi Penghayatan Dampak Lingkungan Pesisir ini adalah sebuah ihtiar dari kita semua untuk bicara ekologi dimulai dari masjid. Sebuah rembuk lingkungan bersama warga Kampung Beting untuk bersama-sama menumbuhkan pemahaman atas konsep berbagi ruang hidup antara manusia dengan entitas makhluk lainnya,” katanya.

Epos Antroposen, lanjutnya, menyebabkan unsur biotik dan abiotik menjadi tidak selaras dan pendekatan religiusitas menjadi poros untuk menghadirkan kembali kepercayaan yang tak terbatas pada ibadah vertikal, namun juga pada penghayatan horizontal.

Sementara itu, Kyai Abdullah Wong dalam ceramahnya menyampaikan bahwa menjaga lingkungan merupakan tugas manusia yang telah dihidupkan oleh alam semesta. Lebih lanjut Kyai Wong menegaskan beberapa kalimat di dalam Al-Quran mendefinisikan keterkaitan antara ilmu dan alam.

“Di beberapa belahan dunia Sungai adalah sumber peradaban, Sungai memiliki nilai yang sangat sakral. Lantas bagaimana sejauh ini kita memaknai keberadaan Sungai yang telah banyak memberikan kita banyak kehidupan?” Selain ceramah yang menggugah para jamaah melalui pendekatan religi dan budaya, Kyai Abdullah Wong juga menyampaikan sebuah pesan melalui sebuah buku saku yang dibagikan seluruh jamaah yang datang dengan judul Sajadah Tak Berujung,” katanya.

(Sumber Rilis Berita)

 

 

Berita Lainnya

Muspika Kecamatan Sukakarya Evakuasi dan Distribusikan Bantuan Korban Banjir
SOSIAL   Jul 9, 2025   Posted by: Newsroom Diskominfosantik
Masyarakat Apresiasi Layanan Kartu Kuning Digital Melalui Aplikasi Bebunge
SOSIAL   Jul 7, 2025   Posted by: Newsroom Diskominfosantik
Pemkab Bekasi Lakukan Upaya Serius Tangani Kenakalan Remaja 
SOSIAL   Jun 16, 2025   Posted by: Newsroom Diskominfosantik
Baznas Gelontorkan Bansos di Launcing Sapa Warga dan Pelayanan Lapor AA
SOSIAL   Jun 14, 2025   Posted by: Newsroom Diskominfosantik
Dinsos Kabupaten Bekasi Salurkan Bantuan untuk Warga Kurang Mampu di Pebayuran
SOSIAL   Jun 5, 2025   Posted by: Newsroom Diskominfosantik