CIKARANG PUSAT – Memasuki musim kemarau, potensi terjadinya kebakaran di wilayah Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan yang signifikan. Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Bekasi mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih waspada, terutama terhadap bahaya kebakaran yang kerap dipicu oleh korsleting listrik dan kelalaian dalam penggunaan sumber api.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi, Adeng Hudaya, menyampaikan hal tersebut di Plaza Pemkab Bekasi, pada Jumat (2/5).
“Pada musim kemarau, intensitas kebakaran biasanya meningkat. Sinar matahari yang menyengat dapat memicu nyala api, khususnya di lahan-lahan kosong yang tidak terawat,” ujar Adeng Hudaya.
Menurutnya, korsleting listrik menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran. Untuk itu, masyarakat diimbau agar secara berkala memeriksa instalasi listrik dan berkonsultasi dengan pihak PLN guna memastikan kelayakan sistem kelistrikan di rumah masing-masing.
Selain upaya pemadaman, Damkar juga aktif melakukan edukasi dan sosialisasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat. Langkah ini dinilai penting mengingat sebagian besar insiden kebakaran dapat dicegah apabila masyarakat memiliki pengetahuan dasar terkait penanganan potensi bahaya.
“Hal-hal sederhana seperti penanganan kebocoran gas elpiji pada kompor sering kali belum dipahami dengan benar oleh masyarakat. Ini menjadi fokus edukasi kami,” tambahnya.
Saat ini, Damkar Kabupaten Bekasi mengoperasikan sebanyak 17 unit armada pemadam kebakaran yang tersebar di 9 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Damkar. Pihaknya juga telah menjalin kerja sama dengan kawasan industri, seperti Deltamas, dalam rangka memperkuat penanggulangan kebakaran.
“Kerja sama ini penting agar kawasan industri tidak hanya fokus pada aspek bisnis, tetapi juga turut berperan dalam sistem keamanan kebakaran,” ungkapnya.
Berdasarkan data Damkar Kabupaten Bekasi, sepanjang tahun 2024 telah terjadi sebanyak 447 kasus kebakaran, serta 477 tindakan penyelamatan dan evakuasi, termasuk penanganan sarang tawon dan evakuasi hewan liar.
Wilayah yang dinilai paling rawan terhadap kebakaran adalah Kecamatan Tambun Selatan, khususnya di luar kawasan industri, mengingat minimnya sistem pengawasan dan keamanan.
“Di kawasan industri umumnya telah tersedia sistem keamanan internal. Namun di luar kawasan tersebut, pengendaliannya cenderung lemah, sehingga potensi kebakarannya jauh lebih tinggi,” pungkas Adeng Hudaya.
Reporter : Fajar CQA
Berita Lainnya
TERPOPULER BULAN INI
Pengunjung hari ini : 7
Pengunjung Bulan ini : 150037
Total Pengunjung : 4102029